Pada awal Januari 2013 saya pergi melancong
ke Jepang. Tujuan saya ke Jepang adalah ingin melihat dan merasakan secara
langsung musim dingin atau bahasa kerennya winter, sekaligus ingin mengetahui sistem transportasi di Jepang. Nah,
siapa yang tidak kenal dengan kereta Shinkansen pasti semua orang sudah tahu bentuk
dari Shinkansen ini, walaupun masih ada juga sedikit orang yang belum
mengetahuinya jika belum ke Jepang. Shinkansen adalah kereta api express super
cepat yang kecepatannya dapat menyingkat waktu perjalanan dari yang tadinya
memakan waktu satu hari perjalanan dapat dengan mudah ditempuh hanya dengan 2 jam perjalanan saja, wow hebat
bukan?!
Pesawat Air Asia yang saya
tumpangi telah mendarat di bandara Haneda – Jepang, pada tengah malam waktu
setempat. Saya melihat banyak orang yang memilih untuk berdiam di bandara Haneda
untuk menunggu pagi, karena kalau tengah malam begini transport seperti kereta
sudah jarang yang beroperasi. Menurut informasi, kereta akan mulai beroperasi
lagi sekitar pukul 6 pagi setiap harinya.
Seharusnya saya pun melakukan
perjalanan ke Tokyo esok pagi dari Haneda, namun saya tidak dapat menahan
godaan untuk melihat kota Tokyo saat ini dan detik ini juga haha. Saya pun segera meninggalkan bandara Haneda
dan membeli tiket kereta menuju Tokyo. Alhamdulilah masih ada kereta yang
beroperasi ditengah malam begini.
Akhirnya saya berhasil juga
keluar dari zona bandara dan melakukan perjalanan menuju Tokyo. Suasana di
dalam kereta padat sekali, banyak sekali pegawai yang sepertinya baru pulang
kerja, ternyata jam kerja mereka sangat panjang sampai pulang tengah malam
begini. Saya pun sempat bertanya kepada salah satu pria Jepang di
sebelah saya yang sepertinya baru pulang kerja, tentunya dengan menggunakan
bahasa Jepang. Nah, untuk yang mau bepergian ke Jepang, usahakan kalian harus
bisa bahasa Jepang, agar komunikasi bisa berjalan lancar dan tidak salah arah
tujuan.
Saya bertanya kepada pria yang
berdiri di samping saya, saya menanyakan bagaimana untuk bisa sampai ke Tokyo,
kemudian pria itu menunjukan tulisan yang berbentuk katakana dan hiragana yang
tertera di atas pintu kereta serta menunjukan arah nya, saya pun setengah
mengerti karena mungkin faktor kelelahan sehingga membubarkan konsentrasi
berfikir saya. Tiba-tiba tanpa di duga
pria tersebut mau mengantar saya sampai ke Tokyo, wah senangnya….Domo Arigato
Gaozaimasu.
Akhirnya saya tiba di
Tokyo, dan kami pun berpisah karena dia harus melanjutkan perjalanan ke arah
yang berlawanan.
Saya terus melanjutkan perjalanan saya,
terlihat rumah-rumah mungil di sepanjang jalan dekat stasiun di Tokyo, sangat
mengagumkan. Bangunan nya tertata dengan rapi, saya pun senyum-senyum sendiri, I felt like I was crazy karena saya akhirnya bisa menginjakan kaki di Tokyo yang
sudah lama saya idam-idamkan.
Perjalanan belum berakhir,
dari Tokyo saya harus melanjutkan perjalanan yaitu naik kereta menuju Asakusha.
Sepertinya kereta akan segera berangkat dan ini merupakan kereta terakhir,
terlihat banyak orang bergerombol menaiki dan menuruni anak tangga, mereka
menuju subway ketempat dimana kereta berhenti, akhirnya saya pun berhasil naik
kereta ke Asakusha. Saya pun sempat berbincang-bincang dengan seorang perempuan
Jepang yang seperti nya baru pulang kerja, karena arah kami sama maka dia pun
menawarkan untuk membantu saya mencarikan alamat hotel terdekat. Namun
setibanya di hotel yang di tuju, hotelnya sudah tutup. Maklum lah ini bukan
hotel yang berbintang 5, tapi sejenis guest house jadi hotel akan tutup bila
kamar sudah terisi penuh.
Saya pun mengucapkan
terimakasih kepada perempuan yang sudah mengantar saya tadi, dan kami pun
berpisah karena dia harus meneruskan perjalanan pulang.
Malam pun semakin larut, udara
pun semakin dingin, ya iya lah, it’s winter
time :-)
Pada saat itu jam menunjukan
pukul 01:00 dini hari, perjalanan ke Kyoto akan dimulai esok hari pukul 05:00
pagi, sehingga pikir ku tidak usah mencari penginapan, lebih baik mencari bar
yang buka 24 jam saja haha.
Udara malam itu sangat dingin
sekali sampai menusuk tulang, mata saya melihat ke sebuah bar dan restoran yang
berjarak cukup dekat dengan 7 eleven, dari kejauhan saya memandang keluar
jendela, para petugas restoran membersihkan sisa – sisa makanan di meja dan
membuang sampah yang sudah terbungkus plastik besar warna hitam di pintu depan
restoran mereka, semua restoran sudah mulai tutup. Keadaan di luar sangat
hening dan dingin, tidak ada kendaraan yang lalu lalang, bahkan saking
dinginnya saya bisa merasakan udara dingin masuk dari hidung saya dan uapnya
terlihat jelas sekali pada saat saya menghembuskan nafas.
Saya melihat ada satu restoran
yang dikelola suami istri masih buka, akhirnya saya menuju restoran tersebut,
saya pikir restoran ini buka 24 jam, ga tau nya restoran ini hanya buka sampai
jam 2 dini hari saja. Ehm, sepahit apapun keadaan harus tetap optimis. Untuk
mengisi waktu sampai jam 4 pagi saya pun sempatkan untuk berfoto di jalanan Asakusha,
jalanan ini sangat bersih sekali, tidak ada sampah, tidak ada kendaraan yang
melintas, bahkan kalau bawa tenda bisa bermalam di sini juga haha.
Photo di Asakusha |
Akhirnya tepat jam 4 pagi ada
satu restoran yang buka, surga bagi saya, akhirnya saya pun dengan semangat
memasuki restoran, ehm hangat sekali di dalam ruangan ini pikir ku. Datanglah
seorang wanita paruh baya menyodorkan menu makanan di meja, dan saya memesan
udang goreng tempura dan ocha yaitu minum teh ala
jepang yang disedu dengan menggunakan teko tradisional Jepang. Di dalam
restoran ini hangat sekali, sepertinya heater sudah dinyalakan, tempatnya pun
bersih dan nyaman, saya pun ingin berlama-lama di sini, namun apa daya saya
harus melanjutkan perjalanan ke Kyoto.
Tepat pukul 6 pagi, kereta pun
tiba di stasiun Asakusha dan segera membawa saya ke Tokyo. Saya pun
menyempatkan diri melihat patung anjing Hachiko, tepatnya di stasiun Shibuya.
Diceritakan bahwa Hachiko ini adalah anjing milik Prof. Hidesaburo Ueno, dosen
teknik pertanian di Universitas Tokyo. Namun, saat mengajar, Professor Ueno
mendadak terkena serangan jantung dan meninggal pada tahun 1925, karena meninggal,
Ueno tentu saja tidak pulang lewat stasiun kereta api Shibuya, Tokyo. Padahal,
Hachiko selalu setia menunggu di sana.
Photo di Shibuya bersama Hachiko |
Setelah menukar tiket
Shinkansen di stasiun Tokyo, perjalanan saya dilanjutkan ke Kyoto yang tentunya menggunakan
kereta Shinkansen.
Kereta Shinkansen |
Sore harinya kereta Shinkansen yang saya tumpangi tiba di
Stasiun Kyoto, saya bergegas mencari bis yang akan mengantarkan saya
ke guest house terdekat dengan Gion District. Dingin sekali udara di Kyoto ini lebih
dingin dari Asakusha. Saya pun akhirnya menemukan guest house di Teramachi
dekat Gion district, dimana kamarnya memiliki tempat tidur bergaya jepang.
Kesesokan harinya saya mulai
perjalanan wisata saya ke Ginka Kuji.
Photo di Ginka Kuji |
Gion District, Kyoto |
Dan kemudian perjalanan diteruskan dengan
menggunakan Shinkansen ke Nagoya, Osaka dan Nagano.
Nagoya |
Nagano |
Akhirnya perjalanan saya
diakhiri di Osaka dan saya pun harus segera kembali ke Tokyo dan membeli tiket
kereta menuju Bandara Haneda untuk pulang ke Jakarta dengan pesawat Air Asia
tengah malam nanti.
Indah sekali negeri Jepang
ini, kereta api Shinkansen adalah senjata saya untuk mengelilingi kota-kota di
Jepang. Taman-taman kota tertata dengan rapi, semuanya indah dan cantik. Semua
orang yang saya temui di Jepang juga sangat ramah, saya merasa seperti di rumah
sendiri, mungkin karena saya ramah maka mereka pun menjadi ramah, pada intinya
be kind and, be brave. Suatu saat nanti saya ingin kembali ke Jepang, mungkin
pada musim gugur berikutnya atau musim semi tahun depan.
Salam optimis,
Supri