Friday, September 8, 2017

GUNUNG PANGRANGO 3019 MDPL




Oleh : Suprihatin 


Perjalanan ke Cibodas  memakan waktu sekitar 5 jam dari kota Jakarta dengan menggunakan mini bus. Untuk melakukan pendakian ke Gunung Pangrango terlebih dahulu harus mendaftar Online, kemudian mengambil SIMAKSI pendakian dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara langsung di klinik yang ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Cibodas. 


Gunung Pangrango (3019 mdpl) sebelah kanan, berdekatan dengan gunung Gede (2958 mdpl)

Alhamdulilah, semuannya berjalan dengan lancar dan pendakian pun di mulai dari  tanggal  23 sampai 24 Juli 2017.  Pada bulan bulan Juli ini merupakan bulan yang di tunggu-tunggu banyak pendaki karena mereka dapat melihat secara langsung bunga edelweis yang sedang mekar di alun-alun lembah Mandalawangi dengan indah nya.
Persiapan pendakian ini sangat menguras pikiran dan tenaga. Alat-alat yang harus dipersiapkan adalah Sleeping Bed, Matras, Tenda, Sepatu khusus untuk mendaki, Jas hujan,  Jaket gunung, Sarung tangan, carrier bag, pisau lipat, lampu sorot/senter, kaos kaki, alat memasak seperti Nesting dan kompor gas nya, yang kesemuanya ini harus dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum memulai pendakian, dan jangan lupa untuk membawa bahan makanan dan minuman yang cukup selama pendakian karena apabila sudah dipuncak tidak ada seorang pun yang dapat menolong kita apabila kita kehabisan bahan makanan dan minuman di puncak gunung. 


Pisau lipat - penting untuk memotong dahan dan memotong bahan makanan

Pendakian ke puncak gunung pangrango, merupakan pendakian yang sangat terjal dimana hutannya masih sangat alami, banyak akar-akar besar yang tumbang yang dibiarkan begitu saja, seolah menjadi ciri dari identitas gunung Pangrango selain sunyi dan senyap. 
Dingin masih menyelimuti pagi di kaki gunung Pangrango, berjalanan mendaki pun di mulai pukul 7 pagi, yang menurut kami ini sudah terlalu siang, yahhh tidak mengapa yang penting adalah kami sampai di border/ perbatasan Gunung gede dan Gunung Pangrango sebelum jam 5 sore, karena kalau sudah jam 5 sore di sekitar daerah panyangcangan begitu terjal dan berbatu serta di area air panas yang memang dekat dengan jurang ini membuat saya dan team menjadi khawatir, ditambah lagi tidak ada nya lampu yang menyoroti daerah air panas ini. Menyeramkan!!

Beristirahat sebentar di area panyancangan yang akan menuju ke area perbatasan

Akhirnya sampailah saya dan team di area air panas sekitar pukul 3 siang hari. Untuk melewati daerah ini begitu mendebarkan, membuat jantung saya berdegup kencang, bukan karena saya sedang jatuh cinta, namun hal yang ditawarkan ini melebihi apa yang saya bayangkan yaitu saya harus menyebrangi air panas yang di sebelah kanan saya adalah jurang. Menurut sebagian orang banyak yang terpeleset jatuh ke jurang pada saat melewati jalur ini, OMG!!

Setelah melewati jalur air panas ini sampai lah saya di perbatasan tempat camping sekitar pukul 5 sore hari dan segera mendirikan tenda sebelum hujan datang.


Mempersiapkan bahan makanan untuk di masak

Hasil karya ku

Pagi pun tiba, pendakian ke Gunung Pangrango di mulai pukul 6 pagi, yahhh memang agak siang karena udara di sekitar gunung ini sangat dingin. Setelah semuanya siap, saya dan team melanjutkan pendakian gunung Pangrango.

Pendakian Gunung Pangrango
Saya pun tak ketinggalan untuk melakukan photo di dalam hutan gunung Pangrango yang sepi dan sunyi. Sebagaimana saya jelaskan tadi di atas bahwa perjalanan ke gunung Pangrango ini sangat terjal dan curam dimana lubang-lubang sedalam 2- 3 meter pun ada, yang mana saya harus mendaki nya untuk mencapai puncak gunung Pangrango ini.

Dalam kehati-hatian karena harus bergelantungan di antara akar-akar hutan di Gunung Pangrango


Setelah mendaki kurang lebih 6 jam maka sampai lah saya dan team di puncak gunung Pangrango, perasaan bahagia bercampur haru, apalagi ketika saya sudah tiba di alun-alun lembah Mandalawangi Gunung Pangrango tempat mainnya Soe Hok Gie. Seolah saya tidak bisa menyembunyikan perasaan haru, bahagia sekali saya berada di puncak Gunung Pangrango di ketinggian 3019 mdpl, seperti yang selama ini saya impikan.

Puncak Gunung Pangrango 3019 mdpl




Alun-alun Lembah Mandalawangi di puncak gunung Pangrango


Terimakasih, saya ucapkan kepada yang maha kuasa Allah SWT atas terwujudnya impian saya ini.
Gunung bukanlah untuk ditaklukan, tapi sejatinya diri kita sendiri lah yang ditaklukan.

Pangrango, 23-24 Juli 2017
(Suprihatin)

Friday, May 5, 2017

Mendaki Gunung Papandayan, Garut.



HIKING


Perjalanan mendaki aku kali ini adalah mendaki Gunung Papandayan di Garut. Gunung yang terletak di kecamatan Cisurupan, Garut, Jawa Barat ini memiliki  puncak ketinggian 2665 mdpl. Gunung Papandayan ini adalah gunung tinggi dan mengerucut yang terdiri atas Lava dan Abu Vulkanik yang mengeras. 



Untuk mengunjungi Gunung Papandayan yang terletak di Garut ini, dari Jakarta bisa menggunakan bus Prima Jasa jurusan Lebak bulus-Garut. Jarak yang ditempuh adalah sekitar 7 jam perjalanan, dan itu sudah termasuk acara bermacet-macet ria di Jalan tol  menuju keluar kota Jakarta.

Jarum jam menunjukan pukul 8 malam, perjalanan kali ini seperti nya akan terasa ringan karena Mba yang duduk di sebelah ku sangat pintar sekali bercerita. Aku pun tak henti-henti nya tertawa, sehingga perjalanan  jauh di bus yang terasa membosankan pun berubah menjadi perjalanan yang penuh keceriaan.

Akhirnya bus pun berhenti di Cileunyi pukul 01:00 pagi. Mba yang duduk disebelah ku itu sudah bersiap-siap turun di Cileunyi dan akan melanjutkan perjalanan ke Sumedang. Dan akhirnya kami pun berpisah di Cileunyi. Namun aku masih harus meneruskan perjalan ke Garut sekitar 2 jam lagi.
Pukul 03:17 menit akhirnya sampai lah aku di terminal Guntur, Garut. Turun dari bus kemudian aku menyewa sebuah ojeg yang membawa ku ke tempat penginapan untuk sekedar beristirahat sebelum mendaki.

Jarum jam sudah menunjukan pukul 6 pagi, tibalah saat yang dinanti –nanti, aku segera bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Cisurupan. Jarak tempuh nya sekitar 1 jam. Kebetulan sekali mobil Elf dari arah Bandung datang menuju ke arah tepat dimana aku menunggu mobil menuju Cisurupan. Mobil pun mulai melaju, dingin sekali udara pagi ini, di kanan - kiri terdapat hamparan sawah-sawah nan hijau dan disertai pemandangan gunung yang mengelilinginya.

Belum ada satu jam tibalah aku di Cisurupan. Dengan riang gembira ku kayuhkan langkah ku menuju rumah makan. Rumah makan ini adalah rumah makan yang buka pagi hari khusus untuk melayani para pendaki sebelum kegiatan pendakian di mulai. Aku pun memesan hidangan khas Sunda seperti pepes tahu, ati dan lain-lain, aku pun segera menyantap makanan yang aku pesan tadi, lapar rasanya semenjak semalam tidak makan karena bus tidak berhenti lama di area peristirahatan, yang membuat aku tidak makan malam. Dan sekarang Adalah makan pagi yang nikmat, selain itu terasa nyaman sekali berada di daerah pegunungan ini.

Selesai makan, aku segera naik ojeg menuju tiket masuk Gunung Papandayan. Daerah di sini sangat dingin sekali, ya namanya juga di Gunung hehe.
Baik lah, akhirnya aku bersama Guide ku mulai mendaki Gunung, Cihuuuy….!!




Gunung Papandayan ini begitu mempesona, tepat disamping kiri pendakian terlihat kawah-kawah yang sangat luas dan indah.  Aku pun segera menaiki tangga di sebelah kiri atas yang akan menuju hutan mati. Hutan mati ini adalah hutan  yang terjadi karena erupsi. Hutan mati ini memiliki pesona eksotis, dimana dihutan mati ini hanya batang -batang pohon saja tanpa daun yang memiliki daya tarik tersendiri untuk disinggahi.




Di hutan mati ini lah tempat yang tepat untuk melihat matahari terbit atau terbenam. Banyak pendaki dari Pondok Saladah yang datang pada sore dan subuh untuk melihat matahari terbenam maupun matahari terbit. Aku pun sempat merebahkan tubuh ku di hutan mati ini, dan rasanya kok nyaman sekali ya….. 



Kemudian aku pun melanjutkan perjalanan, menuju pondok Saladah dimana apabila pendaki ingin camping bisa mendirikan tenda di tempat ini. Jangan khawatir tidak bisa makan, karena di Pondok Saladah ini ada warung-warung yang menjajakan makanannya dari mulai, mie goreng, mie kuah, bakwan, kopi pokoknya  macam-macam makanan di jual di sini. 




Tubuh ku tiba-tiba tak bergerak, seperti kaku ketika mendengar suara tawa seorang perempuan terdengar sangat dekat dengan ku, tepat dibelakang hutan tempat aku berdiri. Menurut guide ku itu suara orang yang camping, tapi di dalam hutan sana tidak ada orang camping pikir ku. Akhirnya aku pun balik arah, segera bergegas tak bergeming, menaiki daerah yang terjal dan curam. Tak sengaja aku pun melihat jejak kaki babi hutan, omg!   Tapi itu masih dugaan ku. 
Mungkin saja hewan lain, asal Jangan macan dong please .....


Segera ku langkahkan kaki ku cepat, pegal rasanya kaki ini namun apa yang ku alami sepadan dengan apa yang ku lihat, semuannya indah. Bahkan aku ketemu dengan pohon Edelweiss yang selalu aku rindukan…





Gunung Papandayan memang sungguh Indah dan mempesona. Aku ingin kembali lagi ke sana hanya untuk menikmati kawah  yang indah dan mempesona itu, atau sekedar bercengkrama dengan batang – batang pohon di hutan mati serta edelweiss yang selalu tersenyum ramah menyambut ku 😊