Pemandangan alam yang indah, sawah yang
terbentang luas dan tebing yang tinggi menjulang cantik sangat menentramkan
bagi siapa saja yang memandangnya. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman
saya berpetualang ke (you know where) ya, Tana Toraja di propinsi Sulawesi
Selatan.
Tana
Toraja is the best destination spot in South Sulawesi but also try not to miss
the Losari beach and Fort Rotterdam when you are in Makassar, from the Airport
they are easy to reach by car. But, if you really really want to go to Tana
Toraja you have to go to Rantepao by night bus for 9 hours trip from Makassar,
in case you want to go by small plane (only 20 passengers) the plane will be
landed in Pongtiku, that is located in Rantetayo village near Makale.
My journey last year was started in Makassar then continued by bus to Tana
Toraja, then back again to Makassar from Toraja in the next days.
I almost missed flight to Jakarta, when I overslept in the Hotel half hour
before departure.
Suku Toraja banyak mendiami daerah
pegunungan dan masih mempertahankan gaya hidup yang khas. Kete Kesu adalah
sebuah desa yang mempunyai salah satu obyek wisata yang sangat mempesona yang
berupa Tongkonan yaitu rumah adat masyarat Toraja, sering dijadikan lumbung padi. Dibagian depan tongkonan ini terdapat deretan
tanduk kerbau dan terdapat lumbung padi. Selain tongkongan sekitar 100 meter di
belakang perkampungan ini terdapat situs perkuburan tebing dengan kuburan bergantung
ada juga yang diletakan di pinggir-pinggir tebing dan di dalam gua di tebing.
Kuburan ini diperkirakan berusia 500 tahun bahkan lebih tua lagi.
Tujuan saya berikutnya adalah Lemo. Kawasan
perkuburan Lemo sering disebut sebagai rumah para arwah. Di pemakaman Lemo saya
dapat melihat mayat yang disimpan di udara terbuka, di tengah tebing yang
curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan
ritual.
Selain Lemo ada juga kawasan kuburan
bayi kambira. Hanya Bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di
dalam sebuah lubang di pohon Tara. Bayi tersebut dianggap masih suci.
Dibuat lubang pada pohon untuk
menguburkan bayi, yang kemudian ditutup dengan ijuk pohon enau.
Setelah puluhan tahun, jenazah bayi
itu akan menyatu dengan pohon.
Nantikan petualangan saya berikutnya ^_^